Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Bertahanlah Dulu. Sampai Nanti Datang Dia yang Sedalam Itu Menyayangimu | Nendra Rengganis | Jul 31, 2015

Kalau ditanya, jelas kamu ingin segera berhenti. Lelah rasanya berjalan dengan hati yang tak terisi.  Tanpa ada partner setara yang biasa diajak berpikir tandem, mau tak mau kamu harus memutuskan semua dengan intuisi dan pertimbangan pribadi. Entah kenapa kamu hanya sedikit bosan berusaha terus jadi tangguh di titik ini.
Hati dan tubuhmu mulai rindu pada bahu yang bisa disandari di akhir hari. Seseorang yang bisa diajak diskusi dan berbagi. Dia yang membuat hidupmu tak kosong lagi. Demi perasaan genap itu, rasanya pintu hatimu bisa terbuka untuk siapapun yang mengetuk lebih dulu. Kamu hanya tak ingin ada sendiri lagi dalam kamusmu.

"Tapi tolong jangan biarkan rindu membuatmu terburu-buru. Jaga dulu hatimu sampai datang dia yang sedalam itu menyayangimu."

Menemukan telapak tangan yang jarak antar jarinya bisa jadi tempatmu menyelipkan genggaman tiap pagi, mendengar halus nafasnya di sisi kiri memang membuatmu tak lagi merasa sendiri. Ada rasa tenang di hati saat tahu ada dia yang selalu bisa jadi tempat kembali.
Tapi hatimu bukan gelas kosong murahan yang hanya perlu diisi. Ia juga layak mendapat perlakuan sebaik Tuan Putri. Sepi, seharusnya bukan jadi alasan untukmu membuka hati lebar-lebar tanpa filter dan hanya berujung pada infatuasi.

"Jika hanya untuk menambal sepi ikatan yang dijalani malah bisa meninggalkan lebam biru di akhir hari yang kelak sulit diusir pergi."

Bukankah kamu bukan pengangguran yang hanya butuh aktivitas pengisi waktu? Bukankah masih banyak hal penting yang harus diperjuangkan di hidupmu? Hati yang sepi itu harusnya tidak jadi alasan untuk menurunkan kualitasmu. Bersabarlah, sampai orang yang tepat itu datang di berandamu. Dia yang bisa membuatmu tahu kenapa ikatan sebelumnya selalu mematahkan hatimu.

Lebih mudah rasanya membuka hati lebar-lebar sekarang. Kamu bisa berlindung di balik alasan, “Ingin mencari kawan bersenang-senang.” atau “Butuh pasangan yang menciptakan rasa tenang.” Namun bukankah hatimu sebenarnya tahu bahwa semua ini akan berujung pada gamang?
Jika mau menenangkan riuh di otak sementara waktu, bisa kau dengar lamat-lamat derak nyeri dari hatimu. Ia hanya sedang dimanjakan sementara, sampai nanti tiba waktunya kembali harus meranggas di bawah sana. Kejamnya lagi, kamulah pelakunya. Orang yang sekian lama mengeluhkan hati yang tak kunjung terisi sempurna. Alih-alih baik-baik menggenapkannya, kamu justru sedang mengatur plot terbaik untuk kembali menghancurkannya.
Ini terdengar klise sekali. Tapi nanti pasti datang seseorang yang membuatmu tak keberatan berhenti.

"Dia yang bisa mencintaimu sesuai keinginan, dia yang jadi perwujudan semua harapan."

Dalam pendampingannya ikhlas kau lakoni perubahan. Berhenti tak lagi terasa menakutkan. Sebab bersamanya rasanya kalian bisa jadi partner yang baik untuk melanjutkan harapan.

Akan ada orang yang tetap mengacak rambutmu penuh rasa sayang selepas kamu turun gunung dengan muka belang. Meski sedang gemuk-gemuknya perlakuan manisnya padamu tak akan berkurang. Di sampingnya kamu hanya akan dihantam perasaan senang. Tenang.
Tidak ada yang layak kamu jalani selain hubungan yang manis dan menghangatkan hati. Bukankah selama ini standar tinggi yang diyakini itu membuatmu rela bersusah payah menjaga diri? Perjuangan memantaskan diri membuatmu layak dihadiahi pasangan yang  apik memperlakukan pun mendampingi.
Tolong jangan berhenti percaya bahwa dia yang datang nanti akan bisa menerima. Absurdnya kebiasaanmu, mood swing yang sering datang mengganggu, sampai pemikiranmu yang kadang keras kepala itu. Kalian akan jadi dua sahabat baik yang saling memahami, tanpa perlu berbusa-busa menjelaskan apa yang diingini. Menemukan matanya di ujung hari membuatmu mengerti — inilah muara dari petualangan hati selama ini.
Kamu tidak layak berhenti pada dia yang tak bisa menghargai. Terlebih hanya karena alasan butuh mengisi hati.
Tolong bersabar dulu.

"Sampai nanti dia datang, orang yang sedalam itu menyayangimu."


Sebab kamu layak disayangi sedalam itu. Tak ada alasan yang layak jadi pembenaran untuk menurunkan standarmu.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Comments
0 Comments