Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Karena Aku Tahu Bagaimana Rasanya Menginginkan Seseorang yang Tidak Pernah Menginginkanku || Arlina Aisyah | Agu 19, 2015

Teruntuk kamu yang sering sekali datang dan pergi di hidupku, terkadang mendekapku erat namun seketika mengabaikanku, memberikanku hal yang indah lalu mengacaukannya, menyembuhkan luka hatiku, kemudian membuat yang lebih menyakitkan. Menyayangiku lalu melupakanku, memberikanku harapan, lalu membuangku.
Tidak jarang kamu membuatku benar-benar bahagia, merasa tenang, merasa aman, dan merasa kuat. Tidak jarang kamu memelukku erat, memberikan senyuman terindahmu, dan membuatku merasa penting di hidupmu. Tidak jarang kamu menjagaku, melindungiku, dan membuatku merasa aman dan nyaman. Tidak jarang, aku merasa bangga ketika kamu memperhatikanku di depan orang lain seakan nyata perasaanmu padaku.
Tapi itu kamu, akan selalu jadi kamu yang melakukan apa saja sesuka hatimu.
Kamu adalah kamu. Melakukan apa saja yang membuatmu bahagia. Kamu hanya kebetulan melakukan sesuatu yang aku suka dan membuatku bahagia. Namun aku tahu bukan itu niatmu. Kamu hanya memelukku saat kamu butuh pelukan di tengah kehidupanmu yang terkadang sepi dan merindukan dia. Kamu hanya memperhatikan aku ketika tidak ada dia di sini. Kamu tidak ingin kehilangan aku, tapi aku tahu bukan seperti yang aku bayangkan.
Kamu hanya takut kehilangan penghiburmu. Kamu takut tidak ada lagi yang bisa menjadi pelampiasan kesepianmu. Perasaanmu tidak nyata, tidak untukku.
Sesekali merenunglah! Tidakkah kamu takut ketika Tuhan menukar posisi kita? Aku menjadi kamu, kamu menjadi aku ?
Aku menyayangimu dengan tulus atau sebut saja aku menyayangimu dengan bodoh, begitu kata sahabatku. Aku tidak peduli seberapa dalam luka yang kamu berikan atau seberapa dalam kamu menyakiti aku. Aku selalu menerimamu ketika kamu datang dengan sejuta kesedihanmu dan membutuhkan aku untuk mengusir kesepianmu. Aku tidak pernah mengharapkan balasan perasaanmu meskipun itu akan sangat menyempurnakan hidupku.
Aku tidak selancang itu memintanya padamu. Hanya dengan dekat denganmu saja, aku sudah bisa tersenyum bahagia. Hanya dengan melihatmu bahagia saja, meski bukan denganku.
Aku hanya akan menangis sesekali ketika kamu mulai asyik dengan duniamu atau dengan dia, lalu mengabaikan aku seakan aku tidak pernah ada. Aku akan terus tersenyum mendengarmu bercerita menggebu-gebu meski itu bukan tentang kita, bukan tentang aku. Aku hanya akan diam ketika kamu menyakiti. Aku tidak pernah berpikiran untuk membalasmu sedikit pun. Aku hanya akan diam ketika kamu menghancurkan hatiku.
Aku akan menyimpannya dan menyatukannya kembali sendiri. Aku hanya akan memendam kekecewaanku dalam-dalam kepadamu. Aku hanya akan tersenyum. Aku hanya akan mendoakan semoga hidupmu diiringi kebahagiaan selalu.
Aku tidak apa-apa, Sayang! Tenanglah, saja! Jalani saja yang hatimu mau. Jika kamu membutuhkanku, datanglah ke sini! Aku di sini untukmu, meskipun hatiku belum sepenuhnya sembuh. Tidak akan kamu rasakan kekecewaanku. Aku tidak apa-apa, Sayang. Berlarilah sejauh mungkin, kejarlah apa yang kamu mau! Kembalilah kapan saja! Kamu tidak perlu takut sendirian. Selama ini, bukankah aku selalu ada ketika kamu butuhkan?
Bukankah aku tidak pernah mengeluh tentang perlakuanmu kepadaku? Lihatlah! Aku masih berdiri tegar di hadapanmu, aku masih sekuat itu.
Tapi sayang, aku tidak bisa menjanjikan ini selamanya. Aku juga ingin ada seseorang yang mengharapkan aku seperti aku mengharapkanmu. Aku tahu Tuhan sudah menyiapkannya untukku. Aku tidak bisa selamanya setegar ini untukmu. Aku hanya wanita biasa. Hatiku tidak setegar itu. Lama-kelamaan, aku akan mati sendiri jika tetap keras kepala membiarkanmu tinggal di hatiku. Bisa-bisa mati hatiku kamu biarkan seperti itu. Jika tiba saatnya nanti, saat Tuhan mempertemukan aku dengannya yang menginginkanku, kumohon padamu jangan menyesal.
Jangan sesali wanita yang pernah menyayangimu dengan tulus sedalam ini. Jangan pula memintaku kembali untukmu. Aku tidak ingin mengecewakannya yang menginginkan aku. Karena aku tahu benar bagaimana rasanya menginginkan seseorang yang tidak pernah menginginkanmu.
Cukuplah kamu tahu aku pernah menyayangimu tanpa alasan, sedalam ini, cinta yang membunuhku sendiri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bertahanlah Dulu. Sampai Nanti Datang Dia yang Sedalam Itu Menyayangimu | Nendra Rengganis | Jul 31, 2015

Kalau ditanya, jelas kamu ingin segera berhenti. Lelah rasanya berjalan dengan hati yang tak terisi.  Tanpa ada partner setara yang biasa diajak berpikir tandem, mau tak mau kamu harus memutuskan semua dengan intuisi dan pertimbangan pribadi. Entah kenapa kamu hanya sedikit bosan berusaha terus jadi tangguh di titik ini.
Hati dan tubuhmu mulai rindu pada bahu yang bisa disandari di akhir hari. Seseorang yang bisa diajak diskusi dan berbagi. Dia yang membuat hidupmu tak kosong lagi. Demi perasaan genap itu, rasanya pintu hatimu bisa terbuka untuk siapapun yang mengetuk lebih dulu. Kamu hanya tak ingin ada sendiri lagi dalam kamusmu.

"Tapi tolong jangan biarkan rindu membuatmu terburu-buru. Jaga dulu hatimu sampai datang dia yang sedalam itu menyayangimu."

Menemukan telapak tangan yang jarak antar jarinya bisa jadi tempatmu menyelipkan genggaman tiap pagi, mendengar halus nafasnya di sisi kiri memang membuatmu tak lagi merasa sendiri. Ada rasa tenang di hati saat tahu ada dia yang selalu bisa jadi tempat kembali.
Tapi hatimu bukan gelas kosong murahan yang hanya perlu diisi. Ia juga layak mendapat perlakuan sebaik Tuan Putri. Sepi, seharusnya bukan jadi alasan untukmu membuka hati lebar-lebar tanpa filter dan hanya berujung pada infatuasi.

"Jika hanya untuk menambal sepi ikatan yang dijalani malah bisa meninggalkan lebam biru di akhir hari yang kelak sulit diusir pergi."

Bukankah kamu bukan pengangguran yang hanya butuh aktivitas pengisi waktu? Bukankah masih banyak hal penting yang harus diperjuangkan di hidupmu? Hati yang sepi itu harusnya tidak jadi alasan untuk menurunkan kualitasmu. Bersabarlah, sampai orang yang tepat itu datang di berandamu. Dia yang bisa membuatmu tahu kenapa ikatan sebelumnya selalu mematahkan hatimu.

Lebih mudah rasanya membuka hati lebar-lebar sekarang. Kamu bisa berlindung di balik alasan, “Ingin mencari kawan bersenang-senang.” atau “Butuh pasangan yang menciptakan rasa tenang.” Namun bukankah hatimu sebenarnya tahu bahwa semua ini akan berujung pada gamang?
Jika mau menenangkan riuh di otak sementara waktu, bisa kau dengar lamat-lamat derak nyeri dari hatimu. Ia hanya sedang dimanjakan sementara, sampai nanti tiba waktunya kembali harus meranggas di bawah sana. Kejamnya lagi, kamulah pelakunya. Orang yang sekian lama mengeluhkan hati yang tak kunjung terisi sempurna. Alih-alih baik-baik menggenapkannya, kamu justru sedang mengatur plot terbaik untuk kembali menghancurkannya.
Ini terdengar klise sekali. Tapi nanti pasti datang seseorang yang membuatmu tak keberatan berhenti.

"Dia yang bisa mencintaimu sesuai keinginan, dia yang jadi perwujudan semua harapan."

Dalam pendampingannya ikhlas kau lakoni perubahan. Berhenti tak lagi terasa menakutkan. Sebab bersamanya rasanya kalian bisa jadi partner yang baik untuk melanjutkan harapan.

Akan ada orang yang tetap mengacak rambutmu penuh rasa sayang selepas kamu turun gunung dengan muka belang. Meski sedang gemuk-gemuknya perlakuan manisnya padamu tak akan berkurang. Di sampingnya kamu hanya akan dihantam perasaan senang. Tenang.
Tidak ada yang layak kamu jalani selain hubungan yang manis dan menghangatkan hati. Bukankah selama ini standar tinggi yang diyakini itu membuatmu rela bersusah payah menjaga diri? Perjuangan memantaskan diri membuatmu layak dihadiahi pasangan yang  apik memperlakukan pun mendampingi.
Tolong jangan berhenti percaya bahwa dia yang datang nanti akan bisa menerima. Absurdnya kebiasaanmu, mood swing yang sering datang mengganggu, sampai pemikiranmu yang kadang keras kepala itu. Kalian akan jadi dua sahabat baik yang saling memahami, tanpa perlu berbusa-busa menjelaskan apa yang diingini. Menemukan matanya di ujung hari membuatmu mengerti — inilah muara dari petualangan hati selama ini.
Kamu tidak layak berhenti pada dia yang tak bisa menghargai. Terlebih hanya karena alasan butuh mengisi hati.
Tolong bersabar dulu.

"Sampai nanti dia datang, orang yang sedalam itu menyayangimu."


Sebab kamu layak disayangi sedalam itu. Tak ada alasan yang layak jadi pembenaran untuk menurunkan standarmu.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Saat Aku Mencintai Proses, Aku Yakin Bahwa Ada Akhir Indah yang Akan Menjadi Nyata | Maria Tioria Manurung | Agu 4, 2015



Kisahnya sama dengan motto tugas akhir ku

"Hargai proses hidup karena suatu saat kita akan tersenyum mengingat proses tersebut"

Sebuah kisah keramik indah yang bisa kujadikan pedoman untuk aku selalu bersyukur atas semua anugerah yang diberikan untukku, untuk semua pola yang diciptakan untuk memebentuk kehidupanku. Terimakasih untuk Tuhan sang penciptaku atas segala kasih dan rahmat yang senantiasa selalu mengalir dalam kehidupanku. Terimakasih.

Berawal dari keputusasaanku ketika tidak ada satu orang pun melihat keadanku. Mereka hanya berjalan, tanpa sekalipun menoleh ke arahku. Hanya lewat. Aku mulai berfikir untuk ketidakbergunaan diriku di muka bumi ini.  Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengubah nasibku. Sungguh malang, karena aku tidak bisa merubah hidupku untuk bisa dilihat oleh orang lain.

Suatu hari, seseorang datang menghampiriku dan mendekatiku. Aku diambil dari tempat asalku dan diletakkan dalam suatu tempat dengan mereka yang bernasib sama denganku. Suatu kebahagiaan karena telah mengetahui bahwa bukan hanya aku saja yang berfikir tidak berguna, tetapi masih ada mereka-yang ada di sekitarku sekarang yang juga berfikir demikian. Senang melihat kami bisa berkumpul bersama. Berkumpul dengan nasib yang sama.

Tidak berapa lama, kami dipindah ke suatu wadah, yang aku sendiri tidak tahu itu tempat apa. Aku sendiri diletakkan di atas piringan kemudian diberi air, dipukul, dibanting, dan dibuat menjadi lunak. Aku tahu aku ingin berguna suatu saat, tapi kalau dengan penyiiksaan seperti ini, aku tidak bisa. Aku berteriak sekeras mungkin, berharap dia-yang membantingku-mendengarkan teriakanku. Ingin rasanya kembali ke tempat asalku, merasakan kenyamanan disana meskipun tidak ada seorang pun yang mengacuhkanku. Sakit, teramat sakit, sampai aku sendiri tidak bisa berkata apa-apa lagi. Setelah tubuhku lunak, aku dibentuk sesukanya. Diputar memakai alat, ditekan agar padat, diberi air sedikit demi sedikit agar serpihan tubuhku menyatu sempurna. Tak ada hal yang bisa kulakukan kecuali melihat diriku disiksa oleh dia-yang telah mengambilku dari tempat asalku.

Setelah beberapa jam merasakan penyiksaan yang cukup berat, akhirnya aku diletakkan di atas meja-dan penyiksaan tadi pun-selesai sudah. Aku juga melihat mereka yang tadi bersamaku-di sebuah wadah-juga berada di dekatku di atas meja. Mereka menangis tersedu-sedu, karena mereka juga merasakan penyiksaan yang sama denganku. Hanya isak tangis yang bisa ku dengar  untuk saat ini. Hanya itu.

Tak lama kemudian, kami diambil oleh dia yang berbeda. Kami dipencar sesuai keinginan mereka. Kemudian, benda yang berambut dan cair dipoles ketubuhku. Aku dibentuk sesuai dengan pola yang dia inginkan. ‘Penyiksaan apa lagi ini?’ batinku. Ingin sekali keluar dari genggaman tangan yang sedang membentukku sekarang. Sakit. Rasa penyesalan pun mengalir dalam hatiku. ‘Andai saja aku bisa bersyukur dengan keadaanku yang dulu, andai saja aku tidak banyak mengeluh, andai saja aku tidak ikut dia yang membawaku ke tempat ini, andai saja....’. Dia telah selesai  membentukku sesuai dengan keinginannyya, ingin sekali aku meneriakinya seperti ini ‘Sudah puas sekarang? Apa masih ada hal lain yang lebih menyakitkan dari ini?’. Aku menangis melihat keadaanku sekarang. Menangis sejadi-jadinya karena aku tidak tahu apa yang sedang terjaddi terhadapku.

Untuk beberapa jam aku dibiarkan berada di atas meja (lagi). Ingin pergi dari neraka ini, dari penyiksaan ini yang gak tahu kapan akan berakhir. Aku ingin pulang. Tak apa kalau aku hanya berdiam diri di tempatku, tak apa tidak ada yang mau melihatku, asal aku tidak di tempat ini, tempat penyiksaan ini. Ingin sekali aku menarik kata ‘terimakasihku’ untuk orang yang membawaku ke tempat ini. Ku pikir aku akan mendapatkan perlakuan yang layak dari kehidupanku sebelumnya, tapi ternyata aku salah. Tolong aku, siapa pun yang mendengar teriakanku sekarang, tolong bawa aku dari tempat ini.!

Hanya beberapa jam-mungkin karena menunggu zat cair mengering di tubuhku- aku kembali lagi diletakkan dalam sebuah wadah yang SANGAT PANAS MENURUTKU. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin berontak, ingin marah semarah-marahnya pada dia. Sakit, teramat panas disini. Apa tidak ada yang bisa membantuku keluar dari sini? Apa tidak ada yang mau mengakhiri penderitaanku ini? Sudah capek, teramat capek dengan semua ini. Aku bisa mendengar teriakan mereka yang ada di sampingku sekarang. Disini, di tempat ini, kami adalah kumpulan yang terbuang, yang tidak punya harapan untuk hidup layak, yang selalu dikucilkan, dan tidak ada yang mau peduli. Ini penderitaan yang paling sakit dari penderitaannya sebelumnya. Mungkin ini memang jalan akhir dari hidupku. Mungkin setelah ini aku tidk akan merasakan apa-apa lagi, mungkin aku tidak akan kesepian lagi, dan mungkin ini adalah akhir dari hidupku. Aku ikhlas sekarang. Aku ikhlas menerima siksaan ini, siksaan yang membuat aku benar-benar ingin mati secepatnya. Kapan berakhir? Tolong hentikan sekarang juga. Tolong.....

“Bagus yah, beli ini ya Pak, berapa Pak? Terimakasih”

Apa lagi ini? Aku dimana sekarang? Kapan hawa panas tadi berkhir. Ah, ternyata siksaan panas itu telah berakhir beberapa minggu yang lalu, dan aku tidak mengetahuinya. Mungkin panas itu telah membuatku kehilangan kesadaran. Sekarang aku berada dalam kotak kecil yang sedang dibawa oleh seseorang. Apa lagi ini? Siksaan apa lagi yang akan ku terima?

“Ma, aku taruh di lemari yang ada di ruang tamu ya, soalnya cantik”

Sekarang aku sudah berada di dalam sebuah gedung dan aku diletakkan dalam sebuah lemari yang indah. Tak tahu perubahan apa yang telah terjadi dalam diriku sehingga aku dibawa ke tempat ini. Sambutan hangat ku terima di dalam lemari ini oleh mereka-yang sangat indah menurutku. Di balik kaca, aku melihat cermin yang memantulkan bentuk tubuhku sekarang. ‘Sungguh indah’, gumamku. Tak terasa air mata membasahiku karena aku melihat keadaanku yang sekarang. Sekarang aku bisa berkumpul dengan mereka yang sangat indah, sangat ramah, dan yang mau berteman denganku. Aku juga ditempatkan di tempat yang layak, di tempat yang indah, meskipun-dia-tidak menjanjikan tempat ini untukku. Kebahagiaan melimpahi kehidupanku saat ini. Rasa syukur yang tak bisa kubayangkan terucap dari mulutku. Sungguh mulia kuasa tangannya yang telah membentukku seperti ini. Sungguh teramat berdosa, karena aku berkali-kali menyesal ketika aku dibentuk olehnya.

Terimakasih ku ucapkan karena telah membentukku seindah ini, terimakasih telah membuatku diperhatikan oleh mereka yang ada di sekitarku, terimakasih telah mengirimku ke tempat yang layak, terimakasih telah menyempurnakan kehidupanku dengan cara yang tidak kuduga sebelumnya. Terimakasih karena telah meluangkan waktu untuk mengubah hidupku. Terimakasih. Semoga banyak jiwa yang merasakan sentuhan tanganmu di luar sana.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS